Setelah hampir 5 bulan, akhirnya hydrating toner Olivarrier saya tandas juga. Ini botol kosong ketiga. Dan bakal ada botol ke empat, karena saya memang tidak berencana mengganti produk hydrating toner dengan merk lain.
|
Meski hampir kehapus, terlihat ga coretan tanggalnya? 23 September 2018. Itu tanggal buka si produk |
Saya mulai rutin pakai tahap ini belum terbilang lama. Dulu, saya selalu
mikir, FTE SK II sudah cukup, fungsinya hampir sama, mungkin bisa
dirapel (memangnya gaji, pakai rapel-rapelan, hahaha...). Ternyata,
setelah dicoba, hasilnya berbeda (yaiyalah, memang fungsinya beda kok).
Tidak banyak produk hydrating toner yang pernah saya coba. Hydrating toner pertama saya itu Hadalabo, saya habis sampai dua botol.
Setelahnya saya coba pakai Klairs Supple Preparation Facial Toner, dan ini berhenti
di botol pertama. Selanjutnya pilihan saya berlabuh pada Olivarrier.
Klaim soal cruelty free dan vegan pada kemasan produk inilah yang menjadi pemikat utama. Its a clean product, seru saya saat membuka paket pertama. Horeyyy....
Well, saya bukan aktivis atau penggiat penyelamat lingkungan. Satu-satunya alasan saya lebih memilih produk dengan label ini karena komposisi yang (biasanya) bebas dari bahan pemicu masalah kulit sensitif. Dan bagi saya, label semacam ini menjadi jaminan kalau produk tersebut aman untuk dicoba.
KOMPOSISI
Berdasarkan cosdna.com (situs yang menjadi referensi saya untuk mengecek komposisi dalam suatu produk dan tingkat iritan bagi kulit), kandungan dalam Olivarrier ini masih dalam level aman bagi kulit sensitif. Hanya 2 bahan yang berwarna kuning alias mesti diwaspadai yaitu PEG-60 Hydrogenated Castor Oil (minyak esensial jarak) dan Tocopheryl Acetate (vitamin E Asetat) yang berfungsi sebagai surfaktan atau pemersatu bahan dari air dan minyak dan sumber kelembaban. Sesungguhnya tingkat toleransi pada kulit berbeda-beda, dan kulit saya (syukurnya) tidak bereaksi negatif pada dua jenis bahan tersebut.
|
Komposisi dan level iritan Olivarrier Dual Moist Toning Lotion |
KEMASAN
Mungkin untuk mempertegas "clean produk" image, Olivarrier hadir dengan kemasan berwarna kombinasi putih dan abu-abu. Huruf yang dipakai untuk penamaan merk dan penulisan keterangan juga cenderung simple dengan warna hitam dan pastel. Kemasan berbentuk botol dengan bahan plastik. Totally, meski tampak sederhana, kemasan Olivarrier justru mudah menarik perhatian.
|
Label berjejer itu memang bikin yakin ya, sobat rumpiers... |
MURAH DAN TAHAN LAMA
Olivarrier Dual Moist Toning Lotion ini dibanderol dengan harga yang berbeda-beda. Mungkin karena belum resmi beredar di Indonesia, jadi harga tergantung kemurahan hati dan hitung-hitungan rugilaba dari masing-masing seller. Saya sendiri membelinya di harga Rp 265.000,-. Isinya 180 ml. Butuh waktu empat bulan lebih untuk menghabiskan isi sebanyak itu. Harga yang relatif murah sebenarnya (Yo dibagi aja toh nduk, 265.000/5 bulan. Murah toh?).
Kenapa saya masih betah menggunakan produk hydrating toner Olivarrier ini?
Pertama, murah. Berdasar hitung-hitungan saya, untuk clean product semacam ini, Olivarrier termasuk terjangkau. Kedua, klaimnya ternyata terbukti di kulit saya. Sampai botol keempat, hydrating toner ini tidak memberi reaksi negatif apa pun. Dan memang seharusnya begitu. Karena ini hanya produk toner, fungsinya hanya mengembalikan kelembaban sehabis mencuci muka. Tidak lebih. Dan saya memang tidak mengharapkan hasil yang macam-macam, yang terpenting tidak membuat kulit rewel. (Jangan terlalu berharap banyak apalagi minta keajaiban ya, sobat rumpiers...).
Ketiga, dari dua produk sebelumnya, performa "mengembalikan kelembaban" Olivarrier ini lebih makyus. Klaimnya juga mampu mengembalikan pH kulit sehabis mencuci muka. Dengan tekstur yang lebih cair dari Hadalabo dan Klairs Preparation Facial Toner, produk ini mampu memberi kelembaban dua kali lebih banyak. Hal ini jadi nilai plus sekaligus faktor utama yang bikin saya tetap setia pada toner ini. Setidaknya untuk 4 bulan ke depan, soalnya botol ke
empat baru banget dibukanya.
Hydrating toner yang super lembab membuat saya tidak perlu mengaplikasikannya berlapis-lapis. Belakangan, saya memang tidak terlalu suka menerapkan 7 skin method untuk tahap toner. Takut kulit saya kekenyangan toner, padahal belum dikasih serum, facial oil dan moisturizer. Kebayangnya, kulit yang kekenyangan akan ogah menyerap produk selanjutnya sehingga hanya mengambang di permukaan dan justru membuat wajah menggelap. Itu sih hanya teori saya sendiri. Silakan dicoba di kulit masing-masing ya, sobat rumpi...
KESIMPULAN
Pro's:
- cruelty free and vegan product
- Isi banyak sehingga terhitung murah
- Ringan tapi super lembab